KHALIFAH
ABU BAKAR AS-SHIDDIQ 11-13 H 9 632-634
M)
a. Biografi
khalifah abu bakar
Abu bakar berasal dari keturunan suku
Taim bin Murrah bin Ka’ab. Abu bakar dilahirkan dengan nama Abdullah bin Abi
Qohafah dari seorang ayah bernama Abu Qohafah yang semula bernama Ustman bin
Amir. Sedangkan ibunya bernama Umi Al-Khair yang semula bernama Salma binti
Sokher bin Amir. Sebelum ia memeluk islam, ia mendapat julukan Abdul Ka’bah.
Setelah masuk islam, ia diberi nama oleh Rasulullah saw dengan sebutan
Abdullah. Sebutan lain baginya adalah Atik ( artinya lolos/lepas). Beliau
diberi kuniyah abu bakar ( pemangi ) karena dari pagi-pagi beliau telah masuk
islam. Gelarnya : as-shiddiq ( yang amat membenarkan ). Beliau digelari as-shiddiq,
karena amat segera membenarkan Rasul dalam berbagai macam peristiwa, terutama
peristiwa Isra’ Mi’raj.
Pada awal masa mudanya, ia menikah
dengan Kutailah binti Abdul Uza. Perkawinan ini membuahkan keturunan Abdullah
dan Asma’. Kelak setelah masuk islam, Asma’ mendapat julukan “Dzati An-Nitoqai”
(yang bersabuk dua). Dari perkawinannya dengan Ummu Ruman binti Uwaimir, Abubakar memperoleh dua orang anak, yaitu
Abdurrahman dan Aisyah. Ketika berada di madinah Abubakar menikah dengan
Habibah binti Kharijah serta Asma binti Umais. Dari istri yang terakhir ini,
Abubakar dikarunia seorang anak yaitu Muhammad.
b. Hubungan
khalifah Abubakar dengan Rasulullah
Tempat tinggal Abubakar terletak di
daerah pemukiman pedagang Quraisy yang kaya. Khadijah binti Khuwailid yang
kelak akan menjadi istri Rasulullah, juga tinggal di daerah tersebut. Karena
tempat tinggal mereka berdekatan, Abubakar menjalin persahabatan dengan
Rasululah saw setelah beliau menikah dengan Khadijah. Usianya lebih muda dari
usia Muhammad saw, sekitar dua tahun lebih beberapa bulan.
Sebelum Muhammad saw diutus oleh Allah
SWT, beliau suka menyendiri dan menjauhi pergaulan orang-orang Quraisy yang
dinilai sesat. Maka tatkala beliau di utus oleh Allah SWT untuk menyampaikan
risalah, beliau teringat dengan kepada Abubakar. Wahyu Allah yang baru
diterimanya, beliau sampaikan kepada Abubakar. Diajaknya Abubakar untuk
mengikuti agama Allah SWT. Tanpa berpikir panjang Abubakar langsung menerima
seruan sahabatnya. Sejak saat itulah hubungan persahabatan kedunya mulaia
berjalan erat.
Karena pergaulannya yang luas ditambah
dengan keramah-tamahannya, Abubakar mampu mengajak orang lain untuk mengikuti
jejaknya mengikuti agama Allah SWT. Berkat ajakannya, beberapa orang kemudian
masuk islam. Mereka diantaranya adalah Abdurrahman bin Auf, Ustman bin Affan,
Thalhahbin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqqash dan Zubair Bin Awwam. Menyusul
kemudian Abu Ubaidah bin Jarrah serta beberapa orang penduduk Makkah lainnya.
Banyak kejadian yang dialami Abubakar
dalam pembelaannya terhadap Rasulullah menegakkan agama-Nya. Jika bukan karena
keimanannya yang mantap, tidak mungkin Abubakar melakukan hal itu. Abubakar
adalah seorang sahabat setia Nabi yang mengetahui kesucian Rasulullah. Itulah
sebabnya, Abubakar tetap menunjukkan keimanannya ketika mendengar cerita
Rasulullah tentang peristiwa Isra’ Mi’raj. Dan beliau pulalah yang pertama kali
membenarkan cerita Nabi tersebut, sehingga sejak peristiwa itu beliau dipanggil
oleh Rasulullah dengan sebutan “AS-SHIDDIQ”.
Kata-kata Abubakar meyakini peristiwa
Isra’ merupakan inayah Allah SWT atas agama-Nya yang benar. Pembelaan Abubakar
itu melebihi pembelaan Hamzah dan Umar dengan kekuatan mereka terhadap Islam
sebelum peristiwa itu terjadi. Oleh karena itu tidak berlebihan jika Abubakar
memperoleh tempat yang terhormat dalam sejarah islam, sebagaimana tercermin
dalam kata-kata Rasulullah saw : “Seandainya aku harus mengambil sahabat sejati
dari hamba-hamba Allah ini, maka aku akan memilih Abubakar. Dan persahabatn,
persaudaraan serta keimanan kita kepada Allah kelak akan menyatukan kita di
sisi-Nya.
Tindakan Abubakar yang selalu melindungi
kaum muslimin pada saat permulaan tumbuhnya islam merupakan faktor yang membuat
dia dekat dengan Nabi saw. Ikatan keimanan telah menjadikan hubungan persahabatan
antara keduanya sangat erat, sehingga Muhammad saw menjadikan Abubakar sebagai
pendampingnya (khalil).
Karena kedekatan meraka, satu-satunya
sahabat yang menemani Rasulullah saw dalam berhijrah dan bersama-sam
bersembunyi di Gua Tsur pada saat perjalanan hijrah menuju Madinah adalah
Abubakar Ash-Shiddiq. Tatkala beliau sedang menderita sakit menjelang wafatnya
sehingga tidak kuat lagi menunaikan shalat berjamaah bersama kaum muslimin,
Abubakar pulalah yang ditunjuk menggantikan beliau sebagai imam. Beliau tidak
merelakan Umar bin Khathab menjadi imam shalat ketika itu. Pilihan Rasulullah
saw kepada Abubakar untuk menyertainya dalam perjalanan hijrah dan menggantikan
kedudukannya menjadi imam dalam shalat bukan tanpa alasan sama sekali.
c. Pembai’atan
Abubakar Ash-Shiddiq
Tatkala tersiarnya berita wafatnya
Rasulullah saw, kaum muslimin diliputi rasa bimbang. Umar bin Khatab berdiri berpidato
dihadapan kaum muslimin mengatakan bahwa berota tersebut tidak benar dan
mengancam semua orang yang menyebarkannya akan dipotong kaki serta tangannya.
Abubakar yang telah kembali kerumahnya,
tatkala mendengar berita tersebut langsung bergegas kembali menuju mesjid.
Dilihatnya orang-orang yang berada di mesjid diliputi kegelisahan. Namun beliau
tidak berhenti dimesjid, akan tetapi langsung menuju rumah putrinya Aisyah. Tubuh
Rasulullah saw dilihanya telah terbujur disalah satu sudut ruangan samping
rumah Aisyah. Wajah Rasulullah saw yang sudah ditutup dibukanya pelan-pelan.
Sambil menciumi wajah orang yang sangat ia cintai, Abubakar berkata, “Alangkah
indahnya kehidupanmu, dan alangkah indahnya pula kematianmu”.
Lalu ia keluar dari rumah Aisyah dan
pergi menuju mesjid dan berseru kepada umat muslim yang masih bimbang: “Wahai
sekalian manusia, barangsiapa yang menyembah kepada Muhammad, maka Muhammad
telah meninggal. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tidak akan
pernah mati selamanya. Abubakar membaca firman Allah surat Ali-imran ayat 144.
Umar bin Khatab pun tak berdaya setelah
mendengar ayat yang dibacakan oleh Abubakar. Ia terduduk lemas seolah olah
tubuhnya tidak bertulang lagi. Setelah mendengar ayat itu barulah dia yakin
bahwa Rasulullah saw benar-benar telah wafat.semua orang diam membisu mendengar
perkataan Abubakar. Mereka masih diliputi kegalauan dan tidak mengetahui harus
melakukan apa.
Ditengah-tengah kesedihan kaum muslimin
mendengar berita wafatnya Rasululah saw, tidak ada seorang manusia pun yang
tampil tegar menghadapi persoalan baru yang muncul kecuali Abubakar. Berbagai
persoalan baru setelah beliau wafat, mulai muncul kepermukaan. Persoalan
pertama yang timbul adalah mengenai kedudukan kepemimpinan Islam yang akan
menggantikan peranan beliau.
Sesudah rasulullah wafat, kaum Anshar
menghendaki agar orang yang menjadi khalifah dipilih diantara mereka. Maka
mereka mengadakan perundingan untuk membicarakan mengenai hal itu ditempat
Saqifah Bani Sai’dah. Tokoh mereka, Saad bin Ubadah saat itu sedang menderita
sakit, namun tetap mereka hadirkan dalam pertemuan itu.
Bersamaan dengan pembicaraan golongan
Anshar mengenai rencana meraih kekuasaan, Umar bin Khatab, Abu Ubaidah bin
Jarrah dan beberpa tokoh sahabat lainnya sedang berbincang-bincang mengenai
wafatnya Rasulullah saw. Ditempat lain Abubakar,Ali binAbi Thalib serta Ahlul
Bait lainnya sedang mengelilingi jenazah Rasulullah saw sambil mempersiapkan
pemakaman beliau.
Ditengah pembicaraan mereka seseorang
mendadak memberitahu bahwa golongan Anshor sedang berkumpul di Saqifah Bani
Saidah. Mendengar berita itu, Umar langsung menyuruh orang tersebut untuk
memanggil Abubakar. Namun Abubakar berkata melalui pesuruhnya,”katakanlah pada
Umar bahwa aku masih sibuk”.Umar mengulang perintahnya lagi:” ada hal penting
yang mengharuskan Abubakar segera datang menemui kami.”
Abubakar datang menjumpai Umar dengan
wajah yang keheranan. “Apakah ada urusan lain yang harus diurusi selain jenazah
Rasulullah saw?” tanya Abubakar.
Apakah engakau tidak mengetahui bahwa
golongan Anshar sedang berkumpul di Saqifah Bani Saidah untuk mengangkat Saad
bin Ubadah sebagai pemimpin umat? Mendengar hal itu ia segera menuju Saqifah
Bani Saidah bersama Umar dan Abu Ubaidah. Persoalan ini bukan merupakan masalah
agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, melainkan masalah masa depan umat.
Ketika Abubakar, Umar dan Abu ubadah
datang, golongan Anshor masih terlibat dalam pembicaraan serius. Belum ada
keputusan yang dihasilkan dari pebicaraan tersebut. Demikian juga tentang
pembai’atan Saad belum terjadi. Golongan Anshar merasa terkejut dengan kedatangan
tamu yang tak diundang tersebut. Tidak ada seorang pun dianatara mereka yang
berani berkata atau bersikap.
Pertemuan tersebut merupakan peristiwa
yang dapat membahayakan masa depan umat Islam, seanadainya Abubakar tidak cepat
bertindak tegas. Jika pertemuan semacam itu tidak dapat diselesaikan, tidak
tertutup kemungkinan akan terjadi pertikaian dan pemberontakan. Padahal jenazah
pembawa risalah agung sendiri saat itu belum dikebumikan dan masih terbujur
dirumahnya.
Setelah beradu argumen dengan golongan
Anshor, tanpa pikir panjang Abubakar menghampiri Umar dan Abu Ubaidah dan
langsung mengangkat tangan mereka, sambil menyerukan pada kaum Anshar agar
senantiasa menjga persatuan. tak lam kemudian dia berkata :”Inilah Umar dan Abu
Ubaidah, kalian boleh memilih salah satu dari mereka sebagai pemimpin umat”.
Suasana yang telah reda kembali ricuh.
Mereka diliputi keraguan untuk menentukan pilihan sulit itu. Ditengah-tengah
keraguan mereka, Umar bin Khatab langsung mengambil inisiatif agar tidak
terjadi kericuhan lagi. Dengan suaranya yang keras dan lantang, Umar berkata :”
bukalah tanganmu Abubakar”. Abubakar tidak dapat berbuat apa-apalagi kecuali
membuka tangannya, diiringi pembaiatan oleh Umar.
“Bukankah Rasulullah telah menyuruhmu
untuk menyuruhmu untuk menjadi imam shalat bagi kaum muslimin? Jika Rasulullah
saw telah percaya padamu mengenai masalah agama, maka kami akan mempercayaimu
untuk urusan keduniaan. Sejak saat ini engkau adalah khalifah yang pertama.
Kami semua membaiat anda, karena engkaulah orang yamg paling dicintai
Rasulullah saw kata Umar tatkala membaiat Abubakar, disusul kemudian oleh Abu
Ubaidah dan sahabat lainnya.
Disamping itu, Ahlul baith menginginkan
agar Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah , berdasarkan kedudukan beliau dalam
islam, apalagi beliau adalah menantu dan karib nabi. Tetapi banyak masyarakat
muslim yang menginginkan Abu Bakar, maka dipihlah beliau menjadi khalifah. Dan
orang-orang yang tadinya ragu-ragu untuk memberikan bai’ah kepada Abu Bakar,
karena kebanyakan kaum muslimin telah membai’ahnya maka mereka juga memberikan
bai’ah.
Setelah Abu Bakar diangkat menjadi
khalifah, dia berpidato. Dalam pidatonya tersebut tergambar siasat pemerintahan
yang akan beliau jalankan. Pidatonya berisi:
“ Wahai manusia! Saya telah diangkat
untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukan orang yang terbaik diantaramu.
Maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik, ikutlah aku, tetapi jika aku
berbuat salah, maka betulkanlah! Orang yang kamu pandang kuat, saya pandang
lemah, hingga aku dapat mengambil hak daripadanya, sedang orang yang kamu
pandang lemah, saya anggap kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya
kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada allah dan
Rasul-Nya, tetapi bilamana aku tiada menaati Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak
perlu menaatiku.”
d. Kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh Abubakar Ash-Shiddiq
Setelah nabi wafat murtadlah kebanyakan
orang dari agama islam. Dan orang-orang yang lemah imannya itu selalu saja
memperlihatkan ketidakpatuhannya terhadap ajaran agama islam. Dikala nabi
wafat, tampilah diantara bangsa arab orang-orang yang mengaku nabi.
Agama islam menghadapi krisis yang hebat
yang hampir saja merobohkannya. Ada golongan yang telah murtad. Ada pula yang
mengaku dirinya nabi, dan ada pula orang-orang yang enggan membayar zakat,
mereka memberontak terhadap zakat yang
mereka anggap sebagai “upeti”.
Diantara orang-orang yang mengaku
dirinya nabi yang paling berbahaya adalah Musailamah al kazzab dari Bani
Hanifah di al Yamamah yang telah mengaku sebagai Nabi semenjak nabi hidup.
Diantara orang-orang yang mengaku
dirinya nabi terdapat pula Al Aswad al ‘Ansi di Yaman, dan Thulaihah ibnu
Khuwailid dari Bani Asad.
Adapun orang-orang yang tidak mau
membayar zakat diantaranya suku-suku bangsa abes, Dzubyan dan suku-suku lainnya
yang tinggal disekitar Madinah. Orang-orang ini memandang zakat suatu pajak
yang dipaksakan, karena itu mereka tidak mau mematuhinya.
Maka Abubakar bermusyawarat dengan para
sahabat dan kaum muslimin tindakan apa yang harus diambil. Didalam kesulitan
inilah kelihatan kebesaran jiwa Abubakar. Dengan tegas dia menyatakan akan
memerangi semua golangan tersebut. Sebelum berperang, beliau mengajak mereka
kembali memeluk islam dengan cara mengirimi mereka surat. Namun mereka
menolaknya. Abubakar menyatakan perang terhadap mereka dengan nama “perang Riddah.
Dalam perang riddah peperangan terbesar
adalah memerangi nabi palsu yaitu Musailamah al Kahzzab, yang terbunuh oleh
Wahsyi, seorang mantan budak hindun istri Abu sufyan yang juga membunuh paman
nabi Hamzah.
e. Kebijakan Abubakar As-shidiq
Selama dua tahun masa kepemimpinan
abubakar, ada beberapa kebijakan serta prestasi yang diukir oleh khalifah Abu
Bakar diantaranya yaitu:
1. Menyelesaikan
masalah sosial kemasyarakatan
Masa
Abu bakar terjadi beberapa masalah yaitu adanya tiga golongan yang menyimpang.
Mereka yaitu orang-orang yang murtad, mengaku menjadi nabi, serta golongan yang
tidak mau membayar zakat. Hal itu berakhir setelah terjadinya perang Riddah.
2. Ekspedisi
utara
Setelah
masalah dalam negri barulah Abu bakar mengirim pasukan keluar arabia.khalid bin
walid dikirim keiraq dan dapat menguasai daerah al-hirah. Ke syiria dikirim
ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu, abu Ubaidah ibnu Jarrah, Amr
Bin Ash, Yazid bin Abu Sufyan dan Syurahbil.
3. Penyusunan
kitab suci Al-qur’an
Abu
bakar juga berperan daam pelestarian teks-teks Al-quran. Setelah peperangan
yang sangat sulit, banyak para penghafal Al-Quran yang tewas dalam pertempuran.
Umar meminta agar Abubakar mengumpulkan koleksi Al-Quran. Maka dibentuklah
anggota yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit.maka dikumpulkan lah lembaran-lembaran
Al-quran dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang ada pada tulang,
pelepah kurma, kulit dan lain sebagainya. Setelah lengkap, penulisan ini
disimpan oleh Abu bakar.
f. Abubakar
meninngal Dunia
Abu bakar wafat pada tanggal 23 Agustus
634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu bakar
dimakamkan dirumah putrinya Aisyah di dekat mesjid Nabawi, disamping makam
Rasulullah saw.
Pemerasan tenaga dan usianyalah yang
telah mempercepat kematiannya. Selama sakit hinga wafatnya, beliau selalu
memikirkan Umat islam. Beliau panik dalam memikirkan perselisihan seperti yang
terjadi di Saqifah Bani Saidah.Kemudian dia memutuskan secara bulat untuk
menunjuk Umar bin Khattab sebagi penggantinya.
0 komentar:
Posting Komentar