Rabu, 25 Mei 2016

seputar mengenai abu bakar ash-shiddiq



    
                    KHALIFAH  ABU BAKAR AS-SHIDDIQ 11-13 H 9 632-634 M)

                 a.       Biografi khalifah abu bakar
Abu bakar berasal dari keturunan suku Taim bin Murrah bin Ka’ab. Abu bakar dilahirkan dengan nama Abdullah bin Abi Qohafah dari seorang ayah bernama Abu Qohafah yang semula bernama Ustman bin Amir. Sedangkan ibunya bernama Umi Al-Khair yang semula bernama Salma binti Sokher bin Amir. Sebelum ia memeluk islam, ia mendapat julukan Abdul Ka’bah. Setelah masuk islam, ia diberi nama oleh Rasulullah saw dengan sebutan Abdullah. Sebutan lain baginya adalah Atik ( artinya lolos/lepas). Beliau diberi kuniyah abu bakar ( pemangi ) karena dari pagi-pagi beliau telah masuk islam. Gelarnya : as-shiddiq ( yang amat membenarkan ). Beliau digelari as-shiddiq, karena amat segera membenarkan Rasul dalam berbagai macam peristiwa, terutama peristiwa Isra’ Mi’raj.
Pada awal masa mudanya, ia menikah dengan Kutailah binti Abdul Uza. Perkawinan ini membuahkan keturunan Abdullah dan Asma’. Kelak setelah masuk islam, Asma’ mendapat julukan “Dzati An-Nitoqai” (yang bersabuk dua). Dari perkawinannya dengan Ummu Ruman binti Uwaimir,  Abubakar memperoleh dua orang anak, yaitu Abdurrahman dan Aisyah. Ketika berada di madinah Abubakar menikah dengan Habibah binti Kharijah serta Asma binti Umais. Dari istri yang terakhir ini, Abubakar dikarunia seorang anak yaitu Muhammad.

              b.      Hubungan khalifah Abubakar dengan Rasulullah
Tempat tinggal Abubakar terletak di daerah pemukiman pedagang Quraisy yang kaya. Khadijah binti Khuwailid yang kelak akan menjadi istri Rasulullah, juga tinggal di daerah tersebut. Karena tempat tinggal mereka berdekatan, Abubakar menjalin persahabatan dengan Rasululah saw setelah beliau menikah dengan Khadijah. Usianya lebih muda dari usia Muhammad saw, sekitar dua tahun lebih beberapa bulan.
Sebelum Muhammad saw diutus oleh Allah SWT, beliau suka menyendiri dan menjauhi pergaulan orang-orang Quraisy yang dinilai sesat. Maka tatkala beliau di utus oleh Allah SWT untuk menyampaikan risalah, beliau teringat dengan kepada Abubakar. Wahyu Allah yang baru diterimanya, beliau sampaikan kepada Abubakar. Diajaknya Abubakar untuk mengikuti agama Allah SWT. Tanpa berpikir panjang Abubakar langsung menerima seruan sahabatnya. Sejak saat itulah hubungan persahabatan kedunya mulaia berjalan erat.
Karena pergaulannya yang luas ditambah dengan keramah-tamahannya, Abubakar mampu mengajak orang lain untuk mengikuti jejaknya mengikuti agama Allah SWT. Berkat ajakannya, beberapa orang kemudian masuk islam. Mereka diantaranya adalah Abdurrahman bin Auf, Ustman bin Affan, Thalhahbin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqqash dan Zubair Bin Awwam. Menyusul kemudian Abu Ubaidah bin Jarrah serta beberapa orang penduduk Makkah lainnya.
Banyak kejadian yang dialami Abubakar dalam pembelaannya terhadap Rasulullah menegakkan agama-Nya. Jika bukan karena keimanannya yang mantap, tidak mungkin Abubakar melakukan hal itu. Abubakar adalah seorang sahabat setia Nabi yang mengetahui kesucian Rasulullah. Itulah sebabnya, Abubakar tetap menunjukkan keimanannya ketika mendengar cerita Rasulullah tentang peristiwa Isra’ Mi’raj. Dan beliau pulalah yang pertama kali membenarkan cerita Nabi tersebut, sehingga sejak peristiwa itu beliau dipanggil oleh Rasulullah dengan sebutan “AS-SHIDDIQ”.
Kata-kata Abubakar meyakini peristiwa Isra’ merupakan inayah Allah SWT atas agama-Nya yang benar. Pembelaan Abubakar itu melebihi pembelaan Hamzah dan Umar dengan kekuatan mereka terhadap Islam sebelum peristiwa itu terjadi. Oleh karena itu tidak berlebihan jika Abubakar memperoleh tempat yang terhormat dalam sejarah islam, sebagaimana tercermin dalam kata-kata Rasulullah saw : “Seandainya aku harus mengambil sahabat sejati dari hamba-hamba Allah ini, maka aku akan memilih Abubakar. Dan persahabatn, persaudaraan serta keimanan kita kepada Allah kelak akan menyatukan kita di sisi-Nya.
Tindakan Abubakar yang selalu melindungi kaum muslimin pada saat permulaan tumbuhnya islam merupakan faktor yang membuat dia dekat dengan Nabi saw. Ikatan keimanan telah menjadikan hubungan persahabatan antara keduanya sangat erat, sehingga Muhammad saw menjadikan Abubakar sebagai pendampingnya (khalil).
Karena kedekatan meraka, satu-satunya sahabat yang menemani Rasulullah saw dalam berhijrah dan bersama-sam bersembunyi di Gua Tsur pada saat perjalanan hijrah menuju Madinah adalah Abubakar Ash-Shiddiq. Tatkala beliau sedang menderita sakit menjelang wafatnya sehingga tidak kuat lagi menunaikan shalat berjamaah bersama kaum muslimin, Abubakar pulalah yang ditunjuk menggantikan beliau sebagai imam. Beliau tidak merelakan Umar bin Khathab menjadi imam shalat ketika itu. Pilihan Rasulullah saw kepada Abubakar untuk menyertainya dalam perjalanan hijrah dan menggantikan kedudukannya menjadi imam dalam shalat bukan tanpa alasan sama sekali.

                  c.       Pembai’atan Abubakar Ash-Shiddiq
Tatkala tersiarnya berita wafatnya Rasulullah saw, kaum muslimin diliputi rasa bimbang. Umar bin Khatab berdiri berpidato dihadapan kaum muslimin mengatakan bahwa berota tersebut tidak benar dan mengancam semua orang yang menyebarkannya akan dipotong kaki serta tangannya.
Abubakar yang telah kembali kerumahnya, tatkala mendengar berita tersebut langsung bergegas kembali menuju mesjid. Dilihatnya orang-orang yang berada di mesjid diliputi kegelisahan. Namun beliau tidak berhenti dimesjid, akan tetapi langsung menuju rumah putrinya Aisyah. Tubuh Rasulullah saw dilihanya telah terbujur disalah satu sudut ruangan samping rumah Aisyah. Wajah Rasulullah saw yang sudah ditutup dibukanya pelan-pelan. Sambil menciumi wajah orang yang sangat ia cintai, Abubakar berkata, “Alangkah indahnya kehidupanmu, dan alangkah indahnya pula kematianmu”.
Lalu ia keluar dari rumah Aisyah dan pergi menuju mesjid dan berseru kepada umat muslim yang masih bimbang: “Wahai sekalian manusia, barangsiapa yang menyembah kepada Muhammad, maka Muhammad telah meninggal. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tidak akan pernah mati selamanya. Abubakar membaca firman Allah surat Ali-imran ayat 144.
Umar bin Khatab pun tak berdaya setelah mendengar ayat yang dibacakan oleh Abubakar. Ia terduduk lemas seolah olah tubuhnya tidak bertulang lagi. Setelah mendengar ayat itu barulah dia yakin bahwa Rasulullah saw benar-benar telah wafat.semua orang diam membisu mendengar perkataan Abubakar. Mereka masih diliputi kegalauan dan tidak mengetahui harus melakukan apa.
Ditengah-tengah kesedihan kaum muslimin mendengar berita wafatnya Rasululah saw, tidak ada seorang manusia pun yang tampil tegar menghadapi persoalan baru yang muncul kecuali Abubakar. Berbagai persoalan baru setelah beliau wafat, mulai muncul kepermukaan. Persoalan pertama yang timbul adalah mengenai kedudukan kepemimpinan Islam yang akan menggantikan peranan beliau.
Sesudah rasulullah wafat, kaum Anshar menghendaki agar orang yang menjadi khalifah dipilih diantara mereka. Maka mereka mengadakan perundingan untuk membicarakan mengenai hal itu ditempat Saqifah Bani Sai’dah. Tokoh mereka, Saad bin Ubadah saat itu sedang menderita sakit, namun tetap mereka hadirkan dalam pertemuan itu.
Bersamaan dengan pembicaraan golongan Anshar mengenai rencana meraih kekuasaan, Umar bin Khatab, Abu Ubaidah bin Jarrah dan beberpa tokoh sahabat lainnya sedang berbincang-bincang mengenai wafatnya Rasulullah saw. Ditempat lain Abubakar,Ali binAbi Thalib serta Ahlul Bait lainnya sedang mengelilingi jenazah Rasulullah saw sambil mempersiapkan pemakaman beliau.
Ditengah pembicaraan mereka seseorang mendadak memberitahu bahwa golongan Anshor sedang berkumpul di Saqifah Bani Saidah. Mendengar berita itu, Umar langsung menyuruh orang tersebut untuk memanggil Abubakar. Namun Abubakar berkata melalui pesuruhnya,”katakanlah pada Umar bahwa aku masih sibuk”.Umar mengulang perintahnya lagi:” ada hal penting yang mengharuskan Abubakar segera datang menemui kami.”
Abubakar datang menjumpai Umar dengan wajah yang keheranan. “Apakah ada urusan lain yang harus diurusi selain jenazah Rasulullah saw?” tanya Abubakar.
Apakah engakau tidak mengetahui bahwa golongan Anshar sedang berkumpul di Saqifah Bani Saidah untuk mengangkat Saad bin Ubadah sebagai pemimpin umat? Mendengar hal itu ia segera menuju Saqifah Bani Saidah bersama Umar dan Abu Ubaidah. Persoalan ini bukan merupakan masalah agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, melainkan masalah masa depan umat.
Ketika Abubakar, Umar dan Abu ubadah datang, golongan Anshor masih terlibat dalam pembicaraan serius. Belum ada keputusan yang dihasilkan dari pebicaraan tersebut. Demikian juga tentang pembai’atan Saad belum terjadi. Golongan Anshar merasa terkejut dengan kedatangan tamu yang tak diundang tersebut. Tidak ada seorang pun dianatara mereka yang berani  berkata atau bersikap.
Pertemuan tersebut merupakan peristiwa yang dapat membahayakan masa depan umat Islam, seanadainya Abubakar tidak cepat bertindak tegas. Jika pertemuan semacam itu tidak dapat diselesaikan, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi pertikaian dan pemberontakan. Padahal jenazah pembawa risalah agung sendiri saat itu belum dikebumikan dan masih terbujur dirumahnya.
Setelah beradu argumen dengan golongan Anshor, tanpa pikir panjang Abubakar menghampiri Umar dan Abu Ubaidah dan langsung mengangkat tangan mereka, sambil menyerukan pada kaum Anshar agar senantiasa menjga persatuan. tak lam kemudian dia berkata :”Inilah Umar dan Abu Ubaidah, kalian boleh memilih salah satu dari mereka sebagai pemimpin umat”.
Suasana yang telah reda kembali ricuh. Mereka diliputi keraguan untuk menentukan pilihan sulit itu. Ditengah-tengah keraguan mereka, Umar bin Khatab langsung mengambil inisiatif agar tidak terjadi kericuhan lagi. Dengan suaranya yang keras dan lantang, Umar berkata :” bukalah tanganmu Abubakar”. Abubakar tidak dapat berbuat apa-apalagi kecuali membuka tangannya, diiringi pembaiatan oleh Umar.
“Bukankah Rasulullah telah menyuruhmu untuk menyuruhmu untuk menjadi imam shalat bagi kaum muslimin? Jika Rasulullah saw telah percaya padamu mengenai masalah agama, maka kami akan mempercayaimu untuk urusan keduniaan. Sejak saat ini engkau adalah khalifah yang pertama. Kami semua membaiat anda, karena engkaulah orang yamg paling dicintai Rasulullah saw kata Umar tatkala membaiat Abubakar, disusul kemudian oleh Abu Ubaidah dan sahabat lainnya.
Disamping itu, Ahlul baith menginginkan agar Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah , berdasarkan kedudukan beliau dalam islam, apalagi beliau adalah menantu dan karib nabi. Tetapi banyak masyarakat muslim yang menginginkan Abu Bakar, maka dipihlah beliau menjadi khalifah. Dan orang-orang yang tadinya ragu-ragu untuk memberikan bai’ah kepada Abu Bakar, karena kebanyakan kaum muslimin telah membai’ahnya maka mereka juga memberikan bai’ah.
Setelah Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, dia berpidato. Dalam pidatonya tersebut tergambar siasat pemerintahan yang akan beliau jalankan. Pidatonya berisi:
“ Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukan orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik, ikutlah aku, tetapi jika aku berbuat salah, maka betulkanlah! Orang yang kamu pandang kuat, saya pandang lemah, hingga aku dapat mengambil hak daripadanya, sedang orang yang kamu pandang lemah, saya anggap kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada allah dan Rasul-Nya, tetapi bilamana aku tiada menaati Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu menaatiku.”

            d.      Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Abubakar Ash-Shiddiq
Setelah nabi wafat murtadlah kebanyakan orang dari agama islam. Dan orang-orang yang lemah imannya itu selalu saja memperlihatkan ketidakpatuhannya terhadap ajaran agama islam. Dikala nabi wafat, tampilah diantara bangsa arab orang-orang yang mengaku nabi.
Agama islam menghadapi krisis yang hebat yang hampir saja merobohkannya. Ada golongan yang telah murtad. Ada pula yang mengaku dirinya nabi, dan ada pula orang-orang yang enggan membayar zakat, mereka memberontak terhadap zakat yang  mereka anggap sebagai “upeti”.
Diantara orang-orang yang mengaku dirinya nabi yang paling berbahaya adalah Musailamah al kazzab dari Bani Hanifah di al Yamamah yang telah mengaku sebagai Nabi semenjak nabi hidup.
Diantara orang-orang yang mengaku dirinya nabi terdapat pula Al Aswad al ‘Ansi di Yaman, dan Thulaihah ibnu Khuwailid dari Bani Asad.
Adapun orang-orang yang tidak mau membayar zakat diantaranya suku-suku bangsa abes, Dzubyan dan suku-suku lainnya yang tinggal disekitar Madinah. Orang-orang ini memandang zakat suatu pajak yang dipaksakan, karena itu mereka tidak mau mematuhinya.
Maka Abubakar bermusyawarat dengan para sahabat dan kaum muslimin tindakan apa yang harus diambil. Didalam kesulitan inilah kelihatan kebesaran jiwa Abubakar. Dengan tegas dia menyatakan akan memerangi semua golangan tersebut. Sebelum berperang, beliau mengajak mereka kembali memeluk islam dengan cara mengirimi mereka surat. Namun mereka menolaknya. Abubakar menyatakan perang terhadap mereka dengan nama “perang Riddah.
Dalam perang riddah peperangan terbesar adalah memerangi nabi palsu yaitu Musailamah al Kahzzab, yang terbunuh oleh Wahsyi, seorang mantan budak hindun istri Abu sufyan yang juga membunuh paman nabi Hamzah.

                  e.        Kebijakan Abubakar As-shidiq
Selama dua tahun masa kepemimpinan abubakar, ada beberapa kebijakan serta prestasi yang diukir oleh khalifah Abu Bakar diantaranya yaitu:
1.      Menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan
Masa Abu bakar terjadi beberapa masalah yaitu adanya tiga golongan yang menyimpang. Mereka yaitu orang-orang yang murtad, mengaku menjadi nabi, serta golongan yang tidak mau membayar zakat. Hal itu berakhir setelah terjadinya perang Riddah.
2.      Ekspedisi utara
Setelah masalah dalam negri barulah Abu bakar mengirim pasukan keluar arabia.khalid bin walid dikirim keiraq dan dapat menguasai daerah al-hirah. Ke syiria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu, abu Ubaidah ibnu Jarrah, Amr Bin Ash, Yazid bin Abu Sufyan dan Syurahbil.
3.      Penyusunan kitab suci Al-qur’an
Abu bakar juga berperan daam pelestarian teks-teks Al-quran. Setelah peperangan yang sangat sulit, banyak para penghafal Al-Quran yang tewas dalam pertempuran. Umar meminta agar Abubakar mengumpulkan koleksi Al-Quran. Maka dibentuklah anggota yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit.maka dikumpulkan lah lembaran-lembaran Al-quran dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang ada pada tulang, pelepah kurma, kulit dan lain sebagainya. Setelah lengkap, penulisan ini disimpan oleh Abu bakar.

               f.        Abubakar meninngal Dunia
Abu bakar wafat pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu bakar dimakamkan dirumah putrinya Aisyah di dekat mesjid Nabawi, disamping makam Rasulullah saw.
Pemerasan tenaga dan usianyalah yang telah mempercepat kematiannya. Selama sakit hinga wafatnya, beliau selalu memikirkan Umat islam. Beliau panik dalam memikirkan perselisihan seperti yang terjadi di Saqifah Bani Saidah.Kemudian dia memutuskan secara bulat untuk menunjuk Umar bin Khattab sebagi penggantinya.

0 komentar:

Posting Komentar